Opini
Potret Perbatasan, 71 Tahun Merdeka
Indonesia berbatasan dengan banyak negara. Di darat, wilayah Indonesia berbatasan dengan wilayah 3 (tiga) negara lain yaitu Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste. Sedangkan di wilayah laut, Indonesia berbatasan langsung dengan 10 negara, yaitu Malaysia, Papua Nugini, Singapura, Timor Leste, India, dan Thailand. Selain itu berbatasan pula dengan Vietnam, Filipina, Republik Palau dan Australia.
Usia 71 tahun Indonesia, bisa dikatakan merupakan usia yang sangat matang. Tetapi, faktanya, pemerataan kesejahteraan terutama di perbatasan masih jauh dari harapan. Masalah keterpinggiran, isolasi dan keterpencilan masih menjadi permasalahan utama bagi daerah perbatasan. Betapa tidak, akses menuju ke daerah perbatasan umumnya harus dilalui dengan perjuangan yang tidak ringan. Infrastruktur yang masih minim juga menjadikan daerah perbatasan betul-betul belum tersentuh.
Pemerintah sebenarnya mempunyai perhatian serius terhadap permasalahan perbatasan. Dalam Nawacita butir ketiga yang berbunyi ”Membangun Indonesia dari pinggiran”, setidaknya masalah perbatasan termasuk dalam kerangka perjuangan yang diprioritaskan saat ini. Dalam pidato menyambut HUT Ke-71 Proklamasi Kemerdekaan RI di Gedung DPR RI, (16/8/2016) kemarin, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa dalam pembangunan kawasan perbatasan, pendekatan yang ditekankan adalah kesejahteraan, keamanan, dan lingkungan. Keamanan kawasan perbatasan menjadi salah satu isu strategis mengingat banyaknya aktivitas ilegal dan potensi konflik di sekitar batas wilayah negara. Presiden menegaskan pembangunan agar jangan ‘Jawa Sentris’, tetapi ‘Indonesia Sentris’.
Kesenjangan pembangunan adalah ujung dari permasalahan. Kita masih menemukan banyak fakta yang menyebutkan daerah perbatasan sebagai daerah yang tertinggal, terbelakang, terisolasi, terpencil dan terpinggirkan. Pemerataan kesejahteraan masih jauh api dari panggang. Infrastruktur adalah kendala terberat yang menyebabkan sumbatan. Tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, pembangunan di kawasan perbatasan berjalan sangat lambat dan memerlukan dukungan pembiayaan yang sangat besar.
Selain infrastruktur, kawasan perbataan minim fasilitas pendidikan, kesehatan, ketersediaan lapangan kerja, listrik, air bersih, telekomunikasi dan informasi. Sebagai contoh, Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Untuk menuju ke sana, kita harus melewati ‘pelabuhan masyarakat’ yang sangat tidak respresentatif. Di kecamatan paling utara Pulau Borneo itu belum ada sekolah tingkat SMA, perpustakaan, buku pelajaran, jumlah guru terbatas, dan transportasi ke sekolah, sulit. Beberapa jalan juga banyak yang amblas dan kondisi rumah-rumah masyarakat memprihatinkan. Keberadaan Rumah Sakit Pratama tidak didukung dengan pengadaan obat generik.
Kondisi listrik di Lumbis Ogong juga sangat memprihatinkan, hanya lima desa yang diterangi listrik. Pembangunan PLTS beberapa tahun silam tidak berfungsi, masyarakat pun tidak merasakan manfaatnya.
Perlu kerja sama semua stakeholder, khususnya pemerintah pusat dan daerah untuk percepatan pembangunan kawasan perbatasan. Hal ini dapat dilakukan dengan penguatan ekonomi masyarakat seperti pembangunan pabrik pengolahan, perkebunan, pertanian, dan perikanan. Terdapat tiga pendekatan komprehensif, pembangunan daerah perbatasan.
Pertama, pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) yang pada dasarnya merupakan upaya pengembangan kegiatan ekonomi dan perdagangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan perbatasan. Pengembangan aktivitas ekonomi dan perdagangan, diarahkan berbasis pada komoditas unggulan masing-masing wilayah perbatasan dan sekitarnya, yang berbeda sesuai karakteristik dan potensi unggulannya.
Kedua, pendekatan keamanan (security) yang memandang kawasan perbatasan sebagai kawasan yang bersebelahan langsung dengan negara lain. Selain itu, wilayah perairan perbatasan memiliki peranan vital bagi perekonomian banyak bangsa karena menjadi lintasan perdagangan dunia sekaligus di dalamnya menyimpan sumber daya alam yang sangat besar. Usaha mengamankan dan melindungi berarti mewujudkan kondisi perairan yurisdiksi nasional yang terkendali dan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan nasional. Dengan demikian, pendekatan keamanan melihat perbatasan sebagai kawasan bernilai strategis bagi keutuhan wilayah, sekaligus dapat melindungi kepentingan pembangunan kelautan nasional.
Ketiga, pendekatan lingkungan yang memandang dan memperhatikan aspek lingkungan sebagai faktor penting dalam pengelolaan perbatasan. Hal ini merupakan perspektif penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan mengurangi dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan di kawasan perbatasan. Perlu ditekankan bahwa pendekatan ini harus melihat daerah perbatasan sebagai pintu gerbang kegiatan ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga.
Kecamatan Lumbis Ogong memiliki potensi untuk melakukan pengembangan dengan pendekatan kesejahteraan karena menyimpan SDA yang melimpah seperti Rotan, Damar, Singkong, dan Durian. Bahkan, Singkong di daerah tersebut memiliki banyak varietas, lebih dari empat puluh. Pemerintah dapat mengembangkan SDA ini dengan memberdayakan usaha kecil mikro.
Dalam hal keamanan, pemerintah harus memberi perhatian terhadap daerah perbatasan. Isu klaim wilayah perbatasan seperti halnya terjadi di Kalimantan Utara, belum lama ini dapat menimbulkan konflik dua negara jika ada pembiaran, dan akan mempengaruhi iklim ekonomi.
Semua hal itu dapat terwujud dengan kemauan keras pemerintah dan masyarakat untuk bersama membangun perbatasan. Keterlibatan semua pihak niscaya dibutuhkan sehingga percepatan pemerataan pembangunan menyentuh perbatasan. Dan, kita harus merubah persepsi daerah perbatasan dari ‘daerah tertinggal’ menjadi ‘beranda terdepan’ wajah Indonesia. ***
*) Sumber : m.suarakarya.id/2016/08/18/potret-perbatasan-71-tahun-merdeka.html
Assalamualaikum wr.wb.ibu mohon bantuan beasiswa x
Saya ananda Rizka dari SDN 017
Anak2 di paksa bayar uang SPP sampai Juni kalau mau ikut ujian akhir sekolah, yang bukan murah bayar uang sekolah 1bulan 510.000 bagi haduhh sekolah selalu saja bikin kesel, kalau ga terlanjur masuk dan karena Deket rumah sekolah di PERGURUAN HARAPAN MANDIRI Medan . Nyesel rasanya